Terusku mengukir derapan kaki
Dan dua bebola ini menjadi saksi
Akan hakikat kehidupan yang berarti
Aku melihat mereka
Kian kehausan tenaga
Bagai ada parasit bermaharajalela
Menghirup segenap usia yang tersisa
Lantas meninggalkan mereka terpinga
Ditemani perit sakit yang melanda
Melemahkan rangka tubuh tua
Sama sekali berbeza dahulu kala
Disaat nafasku belum mulai hembus
Sampai batas waktu nafas mereka terlupus
Merekalah sayap yang menjaga
Melindungi segenap inci yang ada
Dari butir-butir nasi yang disuap mesra
Hingga ke sepatu berkapur putih siap tersedia
Tiada yang diabai apa lagi dialpa
Ditatangku bagai minyak yang sarat penuh
Dijaga agar tiada titikan yang menitik jatuh
Kerna aku figura berharga bagi mereka
Melangkaui nilai emas dan permata
Kerna aku hadiah dan amanah yang dikirimkan
Oleh Tuhan yang Menciptakan
Jika dulu tubuhku lemah
Tiada daya ku menutur langkah
Namun kau berdiri setia disisi
Agar tidakku jatuh dan menangis sendiri
Mengajarku berjalan dan berlari
Dan kini,
Aku berjalan dengan kejayaan
Manusia melihatku dengan senyuman
Memuji segala satu kemenangan
Walhal hakikat yang tersimpan
Dikaulah pemilik kejayaan dan kemenangan
Kerna tiadalahku berdiri hari ini
Tanpa kekuatan yang dihembusmu semalam
Tinta kata ini sekadar abjad yang ditulis
Melahirkan segala rasa yang tergaris
Mungkin sukar bagiku menutur baris
Bait-bait cinta dan rindu yang tertulis
Namun hakikatnya kau terikat erat dihati
Kekal segar tumbuh diruang cintaku abadi
Salam Kasih ku noktahi ceritera hati ini.
Dan hendaklah engkau merendah diri kepada keduanya kerana belas kasihan dan kasih sayangmu, dan doakanlah (untuk mereka, dengan berkata): "Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil."
Al-Isra'; 24
Melbourne, ditemani renyai hujan
5.01 PM
7/12/2014
Ditemani Musik Latar :
Baji – Ayah, Ibu, Anak.
No comments:
Post a Comment